FOBIA

Written By hmp BK trenggalek on Minggu, 30 Oktober 2011 | 19.47


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses belajar di sekolah harus selalu berjalan dengan baik, hal ini harus selalu diusahakan oleh seluruh warga sekolah, terutama guru dan siswa. Untuk mewujudkan cita-cita siswa yang ada, harus diadakan proses pembelajaran yang dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Pembelajaran ini dapat tercipta dengan baik jika guru selalu siap dengan materi pembelajaran yang akan diberikan dan juga tidak terlepas dari minat dan keinginan siswa itu sendiri. Selain itu siswa juga harus selalu merasa bahwa kondisinya aman, nyaman, dan menyenangkan pada setiap proses belajar berlangsung.
Jika kita amati, siswa yang rajin belajar adalah siswa yang tidak bermasalah, sehingga jika siswa tersebut mendapatkan suatu masalah maka dapat dipastikan akan mengurangi minat dan kemauan dalam belajar. Hal ini merupakan salah satu tugas dari guru pembimbing/ konselor sekolah dalam melaksanakan profesinya. Tugas itu adalah membantu siswa dalam memahami masalah yang diderita dengan memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap proses bimbingan dan konseling berlangsung.
Salah satu yang menyebabkan siswa merasa kurang nyaman dengan dirinya sendiri bisa dikarenakan oleh datangnya gangguan kecemasan diri. Gangguan ini adalah fobia. Fobia merupakan gangguan kecemasan yang ditimbulkan karena adanya perasaan khawatir ataupun ketakutan kepada suatu hal tertentu yang objeknya masih samar-samar.

1.2  Tujuan
Setelah mempelajari salah satu gangguan kecemasan, yakni fobia semoga kita sebagai calon konselor diharapkan :
a.       Mempunyai pemahaman dan wawasan tentang pengertian dari fobia.
b.      Memahami penyebab-penyebab yang mengakibatkan terjadinya fobia.
c.       Dapat mengetahui ciri-ciri dan gejala-gejala dari fobia.
d.      Memiliki langkah untuk membantu individu dalam memberikan pelayanan selama proses bimbingan dan konseling.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fobia
Fobia merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang perlu kita pahami dan waspadai. Gangguan ini bisa membuat seseorang benar-benar takut terhadap suatu hal tertentu. Sehingga dapat menjadikan seseorang dalam situasi dan kondisi yang was-was dan merasa kurang nyaman, bahkan bisa menyebabkan terjadinya stress jika gangguan ini terus berlanjut. Fobia adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dengan objek atau suatu masalah yang dihadapi itu masih samar-samar.
Fobia adalah kekuatan yang irasional yang menimbulkan upaya menghindar secara (sadar) dari obyek, aktivitas atau situasi yang ditakuti, menurut Kaplan dan Sadock (1994).  Keberadaan dan antisipasi terhadap hal yang ditakuti ini menimbulkan stress pada individu karena dianggap sebagai hal yang berlebihan. Selain adanya reaksi fobia juga mengganggu kemampuan individu tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan.

2.2 Jenis-jenis Fobia
Menurut DSM IV, fobia dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu :
1.      Fobia Spesifik
Fobia spesifik berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

Beberapa contoh fobia spesifik adalah :
1.      Akrofobia, takut berada di ketinggian
2.      Agorafobia, takut berada di tempat terbuka
3.      Klaustrofobia, takut berada di tempat umum
4.      Hematofobia, takut berada sendirian di suatu tempat
5.      Niktofobia, takut pada kegelapan
6.      Pirofobia, takt melihat api
7.      Zoofobia, takut pada binatang
2.      Fobia Sosial
Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana dirinya mungkin dievaluasi atau dikritik yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan. Bisa dikatakan akibat dari jalinan hubungan sosial yang dianggap menyudutkan dirinya.

2.3 Penyebab Terjadinya Fobia
Pada umumnya, fobia timbul akibat proses belajar yang tidak semestinya ( faulty learning ), sebagaimana dapat terwujud dalam beberapa situasi sebagai berikut :
1.      Pernah mengalami trauma psikologis dalam situasi tertentu dikaitkan dengan rasa takut yang dialami pada saat terjadi trauma. Misalnya, seorang siswa menjadi takut pada ketinggian karena pernah jatuh dari pohon mangga ketika mau memetiknya.
2.      Sebagai kiat untuk mengalihkan kecemasan. Misalnya, seorang buruh bangunan yang merasa takut tidak dapat pekerjaan tiba-tiba mencari hutangan.
3.       Modelling, ketakutan dapat dipelajari dengan cara mengobservasi dan meniru reaksi dari orang lain. Bahkan fobia juga dapat dipelajari melalui instruksi verbal atau deskripsi dan orang lain.

2.4 Ciri – ciri Fobia
Ciri ciri psikis seseorang yang memiliki fobia biasanya muncul rasa cemas atau panik, tetapi tanpa dasar yang jelas. Sedangkan pada ciri ciri fisik gemetar, jantung berdebar debar, terkadang disertai nafas yang tersengal sengal.

2.5 Penanganan Fobia
Pertama kali yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu penyebab fobia. Pada kasus-kasus tertentu bisa jadi sumber masalah tidak dikenali, hal tersebut disebabkan tidak ingin mengingatnya kembali karena peristiwanya sangat traumatik ataupun sudah lama terjadi.
1.      Menurut Davinson dan Neale (2001), fobia dapat disembuhkan dengan menggunakan beberapa teknik, salah satunya dengan pembiasaan (desensitisasi sistematis), yaitu :
a.       Imagery
Individu yang mengalami fobia membayangkan suatu kejadian (stimulus fobia) yang semakin lama semakin menakutkan, sementara individu tersebut berada dalam keadaan tenang (ada proses relaksasi).
b.      Flooding
Individu dihadapkan secara langsung pada sumber fobianya dengan intensitas penuh. Namun cara ini sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir karena menimbulkan ketidaknyamanan yang besar.
c.       Modelling
Melalui modeling individu menyaksikan orang lain berinteraksi dengan sesuatu  yang menjadi obyek fobia tanpa rasa takut.
2.      Cara lain adalah dengan menimbulkan emosi lain/ motif lain yang lebih kuat seperti motivasi uang pada “Fear Factor”. Atau saat dipuncak ketakutan naik Roaler Coaster. Walaupun perubahan dapat berlangsung cepat, namun hal ini perlu keberanian yang tinggi.
3.      Atau dengan cara melakukan self hipnosis. Dalam keadaan relaks, diri menyediakan diri untuk melepaskan emosi negatif yang terkunci (katarsis). Namun hal ini memerlukan ketrampilan melakukan self hipnosis terlebih dahulu.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Akrofobia (Fobia Ketinggian)
  1. Peristiwa
Joni namanya, takut pada ketinggian karena pernah jatuh dari pohon. Hingga 15 tahun Joni masih tetap takut pada ketinggian sehingga untuk memanjat pohon mangga saja Joni tidak berani apalagi naik tangga Joni juga takut
  1. Penyebab
Pernah jatuh dari pohon sewaktu kecil hingga kakinya patah
  1. Cara Penanganan
Memaksa joni memanjat tangga untuk suatu hal penting. Misal : mengantar kunci pas ketika ayahnya memperbaiki antenna parabola. Setelah dipaksa dan berani maka membiasakan diri untuk naik tangga atau memanjat pohon yang rendah dulu baru kelama-lamaan yang tinggi. Melawan rasa takut.

3.2  Fobia Kecelakaan
  1. Peristiwa
Zia namanya, umur 7 tahun. Selama 1 tahun tidak mau diajak keluar rumah yang mengharuskan Zia naik motor atau naik mobil dan melewati jalan umum. Zia akan duduk jongkok sambil menutup telinga dengan wajah pucat apabila mendengar suara “bruk” motor yang jatuh akibat kecelakaan. Apalagi kalau melihat darah, meski sedikit akan langsung pucat wajahnya.

  1. Penyebab
Pernah secara langsung melihat kecelakaan dimana pengendara itu berlumuran darah dengan kondisi kepalanya pecah dan tewas seketika.
  1. Cara Penanganan
Menyuruh anak membayangkan kejadian itu dengan cara yang halus kemudian menjelaskan bahwa kecelakaan itu tidak seperti itu. Mengajak anak keluar rumah dengan jarak yang dekat dulu baru agak jauh dengan jalan kaki dulu. Sering mengajak anak naik motor untuk jarak yang jauh. Mengajak anak sesekali melihat kecelakaan. Memberi pengetahuan bahwa darah itu bukan hal yang meakutkan, missal mengajak anak melihat proses donor darah.

3.3  Fobia Sosial
  1. Peristiwa
Kasus fobia di sekolah dialami oleh Dita umur 5 tahun. Dita baru masuk sekolah TK selama 4 bulan, tiba-tiba Dita tidak mau sekolah. Meskipun sudah dibujuk, tapi tetap tidak mau sekolah, Dita menangis, Dita benar-benar tidak mau ke sekolah, buku-buku dan tasnya dibuang. Dita tidak mau lagi diajak ke sekolah. Bahkan Dita bilang tidak akan sekolah lagi.
  1. Penyebab Fobia
a.       Separation Anxiety
Ini merupakan kecemasan yang dialami anak. Anak pergi kesekolah berarti anak keluar dari rumah untuk jangka waktu yang lama. Mereka tidak hanya akan rindu orang tua, rindu mainan, rindu rumah, tetapi mereka cemas menghadapi tantangan pengalaman baru dan tekanan-tekanan di luar rumah.
b.      Ada pengalaman negative di sekolah
Mungkin anak mendadak ke sekolah karena takut pernah diganggu temannya seperti dipukul, diejek sehingga ini membuat anak benar-benar takut dan tidak mau ke sekolah. Dan mungkin anak memiliki pengalamn buruk dengan gurunya di sekolah karena ada tipe guru yang galak menurut anak dan kurang mengerti anak.
c.       Anggapan anak bahwa sekolah adlah penjara
Anak merasa ketika di sekolah anak seperti dalam penjara yang harus menurut/patuh pada peraturan padahal anak ingin bebas.
d.      Sekolah kurang menyadari bahwa anak TK memiliki dunia bermain sehingga guru member PR yang berat bagi anak. Misal : menghafal kosakata bahasa inggris
e.       Masalah dalam keluarga
Misal : anak pernah mendengar orang tua bertengkar bahkan melihat pertengkaran itu sehingga menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar.
  1. Cara penanganan :
a.       Tetap menekankan pentingnya bersekolah. Para ahli psikologosi mengatakan, terapi yang baik adalah mengharuskan tetap bersekolah.
b.      Tetap tegas mengharuskan anak sekolah meskipun anak merengek tidak mau sekolah.
c.       Bekerja sama dengan guru kelas.
  1. Meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak tentang masalah sekolah.
  2. Melepaskan anak secara bertahap.
  3. Jika anak tidak mau ke sekolah karena alasan sakit bawa ke dokter untuk memastikan apakah anak benar-benar sakit.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Salah satu yang menyebabkan siswa merasa kurang nyaman dengan dirinya sendiri bisa dikarenakan oleh datangnya gangguan kecemasan diri. Gangguan ini adalah fobia. Fobia merupakan gangguan kecemasan yang ditimbulkan karena adanya perasaan khawatir ataupun ketakutan kepada suatu hal tertentu yang objeknya masih samar-samar.
Fobia adalah kekuatan yang irasional yang menimbulkan upaya menghindar secara (sadar) dari obyek, aktivitas atau situasi yang ditakuti, menurut Kaplan dan Sadock (1994).  Keberadaan dan antisipasi terhadap hal yang ditakuti ini menimbulkan stress pada individu karena dianggap sebagai hal yang berlebihan. Selain adanya reaksi fobia juga mengganggu kemampuan individu tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan.

4.2  Saran
Di dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling seorang konselor, ketika membantu memberikan penanganan tentang fobia, yang perlu diperhatikan antara lain :
  1. Pertama kali yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu penyebab fobia. Pada kasus-kasus tertentu bisa jadi sumber masalah tidak dikenali, hal tersebut disebabkan tidak ingin mengingatnya kembali karena peristiwanya sangat traumatik ataupun sudah lama terjadi.
  2. Fobia dapat disembuhkan dengan menggunakan beberapa teknik, salah satunya dengan pembiasaan (desensitisasi sistematis).
  3. Cara lain adalah dengan menimbulkan emosi lain/ motif lain yang lebih kuat seperti motivasi uang pada “Fear Factor”. Atau saat dipuncak ketakutan naik Roaler Coaster.
Semoga makalah yang kami susun ini dan bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, Drs. Andi. Psikologi Remaja. 1982. USAHA NASIONAL:Surabaya.
Taniputera, Ivan. Psikologi Kepribadian. 2005. AR-RUZZ:Jogjakarta.
Asri, Dahlia Novarianing, S.Psi., M.Si. Diktat Kuliah Psikologi Abnormal. 2010.
http://www.iblogronnp.com/2009/07/how-can-i-cope-with-stress-at-school.html.

Share this article :

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Trenggalek konseling - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger