BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Stres Sekolah
Stres
sekolah merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena di dalam hal ini siswa
selalu mendapatkan tuntutan dan tekanan yang dapat mempengaruhi perkembangan
peserta didik. Dari berbagai penelitian yang dilakukan stres sekolah menjadi
sesuatu yang dapat mengakibatkan siswa menjadi jenuh dan dapat mengalami
perlawanan aktif ataupun perlawanan pasif.
Verma, dkk
(2002), mendefinisikan bahwa stres sekolah adalah stres siswa yang bersumber
dari tuntutan sekolah. Tuntutan sekolah ini lebih difokuskan pada tuntutan
tugas – tugas sekolah dan tuntutan dari guru – guru di sekolah.
Desmita
(2005) mendefinisikan stres sekolah sebagai ketegangan emosional yang muncul
dari peristiwa – peristiwa kehidupan di sekolah dan perasaan terancamnya
keselamatan atau harga diri siswa, sehingga memunculkan reaksi – reaksi fisik,
psikologis dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan
prestasi akademis.
Jadi, stres
sekolah adalah kondisi stres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa
akibat adanya tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya
ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2.2 Sumber Stres Siswa
Sumber
stres siswa beragam macamnya, hal ini dipengaruhi oleh berbagai sumber yang
menuntut, menekan dan kondisi yang mengharuskan seorang siswa untuk melakukan
hal yang tidak diinginkannya.
Sumber –
sumber itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu sebagai berikut :
1. Tuntutan Fisik
Dapat didefinisikan sebagai
stres siswa yang bersumber dari lingkungan fisik sekolah. Sumber itu antara
lain :
a. Keadaan iklim ruang kelas dan iklim
lingkungan sekolah yang tidak mendukung untuk meningkatkan semangat belajar.
b. Kondisi ruang kelas dalam temperatur
tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan siswa sering mengalami tubuh yang panas dan
menimbulkan tidak nyamannya siswa dalam menjalani pendidikan di sekolah.
c. Kurangnya perhatian terhadap pancahayaan
atau penerangan dan ventilasi udara di dalam ruang kelas.
d. Perlengkapan atau sarana yang kurang
menunjang dan kurang memadai dalam proses pembelajaran.
e. Kebersihan dan kesehatan di sekolah yang
dirasa kurang.
f. Daftar pelajaran yang terlalu berlebihan
dan dapat membebankan siswa.
g. Keamanan dan penjagaan sekolah yang kurang
dilakukan.
2. Tuntutan Tugas
Merupakan stres yang bersumber
dari tugas – tugas pelajaran yang harus dikerjakan atau dihadapi oleh peserta
didik yang dapat menimbulkan perasaan tertekan dan terbebani. Misalkan :
a. Tugas – tugas yang harus dikerjakan setiap
hari di sekolah. Setiap guru yang mengajar hampir semuanya memberikan tugas di
sekolah setiap harinya.
b. Tugas – tugas yang dikerjakan di rumah.
c. Siswa harus memenuhi tuntutan kurikulum
yang diterapkan di sekolah dari dinas pendidikan.
d. Siswa harus menghadapi ulangan atau ujian
untuk mendapatkan penilaian dari hasil belajarnya.
e. Siswa harus mentaati tata tertib atau
peraturan sekolah yang ada dan menjadikan dirinya untuk disiplin sekolah.
3. Tuntutan Peran
Adalah stres sekolah yang
bersumber dari peran siswa, guru dan orang – orang yang mendukung siswa
bersekolah.
Misalnya :
a. Seorang siswa diharapkan mendapat nilai
yang bagus. Hal ini sangat ditentukan oleh peran siswa sendiri untuk belajar
dan guru dalam memberikan pengajaran.
b. Guru suatu pelajaran tertentu yang bukan
bimbingan dan konseling bertindak sebagai konselor.
c. Konselor atau guru bimbingan dan konseling
dianggap sebagai polisi sekolah.
4. Tuntutan Interpersonal
Ialah stres siswa yang
bersumber pada tuntutan dalam melakukan interaksi sosial atau mejalin hubungan
baik dengan orang lain.
Contohnya :
a. Menemukan teman – teman baru pada awal
masuk sekolah. Para siswa dari berbagai sekolah tingkatan di bawahnya yang
bersekolah sama di satu tempat.
b. Peserta didik mulai mengenal lawan jenis,
sehingga peserta didik menjalin suatu hubungan pribadi.
2.3
Dampak Stres pada Siswa
Karena
banyaknya sumber stres di sekolah, dapat menimbulkan berbagai dampak yang
berbeda. Dampak itu dapat berupa dampak positif ataupun dampak negatif bagi
siswa yang antara lain sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan kesadaran, kesiapan dan
prestasi diri pada stres sedang.
2. Dapat menimbulkan kemunduran prestasi,
tingkah laku dan berbagai problem fisik dalam stres yang tinggi.
3. Dapat memungkinkan siswa menentang atau
berbicara di belakang guru.
4. Petunjuk bahwa seseorang itu rajin dan hati nuraninya tidak tumpul. Hal ini
terbukti bahwa orang yang mengalami stres di sekolah adalah orang yang aktif
dan selalu berpikir.
2.4
Cara Mengatasi Stres yang Dialami Siswa
Pada
hakekatnya stres sekolah tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi dapat direduksi
atau diturunkan intensitasnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam
mengatasi stres yang dialami peserta didik, antara lain :
1. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif.
Terjadinya situasi atau suasana yang baik antara siswa, guru dan seluruh warga
sekolah.
2. Seorang konselor yang bersikap proaktif
dalam memberikan pelayanan pada siswa atau konseli, sehingga siswa yang
mengalami stres sekolah mendapat bantuan dalam memahami masalah yang
dialaminya.
3. Peserta didik harus bersikap aktif. Ketika
dalam mengikuti pendidikan harus mendapatkan dorongan dari diri sendiri untuk
belajar.
4. Keadaan ruang kelas yang dapat
dikondisikan, mulai dari penerangan, ventilasi udaranya, iklim yang bersahabat,
serta sarana dan prasarana yang menunjang serta memadai.
5. Tugas – tugas yang diberikan juga harus
melihat dan memperhatikan kondisi atau keadaan siswa.
Di sini ada
beberapa usulan untuk mengatasi stres yang sedang kita alami, yaitu :
1. Kenali persis apa yang membuat stres.
”Cerdiklah orang yang melihat malapetaka kemudian menyembunyikan diri,” kata
sebuah pepatah bijak. (Amsal 22:3) Tapi, kamu tidak bisa menyembunyikan diri
dari stres yang membebani kalau kamu tidak cari tahu dulu penyebab utamanya.
Maka, coba lihat lagi komentar-komentar yang tadi kamu tulis. Penyebab stres
mana yang paling kamu rasakan.
2. Lakukan riset. Misalnya, jika kamu sering stres gara – gara PR-mu menumpuk, carilah saran – saran di artikel ”Kaum Muda Bertanya—Bagaimana
Saya Bisa Punya Waktu untuk Mengerjakan PR”.
3. Rencanakan tanggapan. Kalau kamu stres soal reaksi teman setelah mereka tahu tentang
kepercayaan agamamu, jangan tunggu sampai ditanya. Pikirkan mulai sekarang cara
menjawabnya. (Amsal 29:25) ”Yang membuatku berhasil,” kata Kelsey, 18 tahun,
”adalah karena aku mempersiapkan diri sebelum situasinya muncul. Aku sudah
menentukan akan bilang apa jika ada yang bertanya soal kepercayaanku.” Itu juga
yang dilakukan Aaron yang berusia 18 tahun di Belgia. ”Aku memikirkan kira-kira
pertanyaan apa yang bakal diajukan, lalu aku mempersiapkan jawabannya,” kata
dia. ”Kalau tidak, aku enggak bakalan berani cerita tentang kepercayaanku.”
4. Jangan menunda-nunda. Jarang ada masalah yang
hilang hanya dengan membiarkannya. Malah, masalah itu biasanya semakin parah
dan kamu pun bertambah stres. Misalnya, kalau kamu adalah Saksi Yehuwa, memberi
tahu hal itu secepat mungkin bisa menjadi perlindungan. Marchet, yang sekarang
berusia 20 tahun, mengatakan, ”Sejak awal tahun ajaran baru, aku selalu
mengajak ngobrol teman tentang hal-hal yang mengarah ke kepercayaan Alkitabku.
Menurutku, semakin ditunda memperkenalkan diri sebagai Saksi, semakin sulit
jadinya. Lega rasanya kalau aku sudah memberi tahu keyakinanku dan hidup sesuai
dengannya sepanjang tahun.”
Mintalah
bantuan. Sekuat apa pun atlet angkat beban, pasti ada batasnya.
Kamu juga. Tapi, kamu tidak perlu memikul beban itu sendirian. (Galatia 6:2)
Tidakkah sebaiknya kamu bicara dengan orang tuamu atau orang Kristen lain yang
matang? Perlihatkan jawaban-jawaban yang tadi kamu tulis dalam artikel ini.
Diskusikan dengan mereka bagaimana kamu bisa mengatasi sebagian dari
masalah-masalah itu. Liz, di Irlandia, memberi tahu ayahnya bahwa dia takut
jadi bulan-bulanan teman karena kepercayaan agamanya. ”Setiap hari,” kata Liz,
”ayahku berdoa bareng denganku sebelum meninggalkanku di sekolah. Jadi aku
selalu merasa tenang.”
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Desmita. M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2009
http://www.iblogronnp.com/2009/07/how-can-i-cope-with-stress-at-school.html
0 komentar:
Posting Komentar