BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan adalah suatu proses yang
mengarah ke depan dan tidak akan kembali atau tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Maksudnya perkembangan individu tersebut mengalami perubahan yang
sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali pada kehidupan
yang lalu, dan ia akan terus berkembang mengarah ke depan.
Manusia adalah
makhluk yang unik. Di mana antara individu yang satu dengan yang lain memiliki
perbedaan. Manusia bertindak sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Manusia tidak akan dapat hidup sendiri, sehingga selalu membutuhkan orang lain.
Manusia dalam
kehidupan mengalami beberapa tahap perkembangan. Berawal dari masa bayi
kemudian kanak-kanak lalu remaja dan dewasa. Semua itu akan selalu ada dan
dialami oleh manusia dalam perkembangannya.
Masa puber
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki keunikan tersendiri. Ada
beberapa pendapat yang menyatakan dan mendefinisikan tentang puber. Di dalam
hal ini ada ketidaksamaan pendapat dari beberapa orang, sehingga kita juga
berusaha mengetahui dan mempelajari pendapat-pendapat tersebut yang sesuai
dengan kehidupan individu pada kehidupan yang nyata.
Mulai dari
rentangan usia pada masa puber, ciri-ciri dari pubertas, ataupun hal-hal lain
yang berkaitan dengan masa puber. Walau dalam pemaparannya terjadi perbedaan
pendapat, tetapi perbedaan itu tidak mengakibatkan pertentangan antara individu
dalam kehidupan. Dengan demikian kita sebaiknya mempelajari dan memahami segala
hal yang berhubungan dengan individu pada masa puber ini.
1.2 Tujuan
Setelah mempelajari perkembangan pada masa puber ini
kita sebagai calon konselor diharapkan :
a. Mempunyai
wawasan dan pengertian tentang individu pada masa puber.
b. Memahami
tahapan yang terjadi dan dialami oleh individu dalam kehidupan pada masa puber.
c. Beberapa
masalah yang sering timbul pada masa puber yang ditemukan oleh individu.
d. Melakukan
langkah-langkah yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan dalam menangani
masalah-masalah yang timbul pada masa puber jika kita menjadi seorang konselor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pubertas
Pubertas berasal dari bahasa latin
“pubescere”, artinya mendapat rambut kemaluan, yakni masa awal terjadinya
pematangan seksual, sehingga dapat disimpulkan bahwa pubertas (puberty) ialah
suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat.
Masa puber merupakan suatu peralihan
antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 10/12 tahun sampai
dengan 16/18 tahun. Pada anak perempuan, biasanya akan mengalami pubertas yang
lebih dahulu dibandingkan dengan anak laki-laki, yakni pada saat anak berusia
10 tahun sampai 16 tahun. Proses pubertas pada anak perempuan ini timbul karena
keluarnya hormon estrogen yang diproduksi tubuh yang akan mengubah bentuk luar
dari tubuh anak perempuan dan membuat organ-organ genitalnya berkembang.
Pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan ketika anak - anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk
seksual. Seperti diterangkan Root (dalam Hurlock, 1980) bahwa Masa puber adalah
suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan
dalam pertumbuhan somatic dan perspektif psikologis.
Kata pubertas berasal dari kata latin
yang berarti “usia kedewasaan“. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik
daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara matang
secara seksual dan mampu memberikan keturunan. Sehingga berdasar pengetahuan
saat ini, harapan sosial berkembang dalam bentuk tugas perkembangan yang
merupakan tugas perkembangan, merupakan pedoman bagi para orang tua untuk
mengetahui harapan anak-anak yang memsuki periode metamorphosis ini. Selain itu
anak-anak juga sadar bahwa mereka memasuki tahap baru dalam kehidupan, dan
seperti halnya dalam semua penyesuaian diri dengan harapan sosial yang baru,
sebagian besar menganggap masa puber sebagai periode yang sulit dalam kehidupan.
2.2 Tahap – tahap Pubertas
2.2.1 Masa Pra-pubertas (12 - 13
tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral,
yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini
lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi
perubahan yang besar pada individu, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai
berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Pada fase ini, terjadi perkembangan
intelektual yang sangat pesat, sehingga seringkali individu-individu ini
cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering
diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua,
mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut. Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya
proses erosi percaya diri, namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti
meningkatnya rasa percaya diri.
Selain itu, pada masa ini individu
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. individu
tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul
dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga
semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan
tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok
sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tetapi, pada saat yang sama, mereka
juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya,
jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat
yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang
lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi individu ini, meskipun
bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi mereka itu adalah
masalah yang sangat-sangat berat.
2.2.2 Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja
awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas
akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti
tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka
ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja
sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang
suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa
ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan
membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
2.2.3 Masa akhir pubertas (17 - 18
tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu
melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik
sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat.
Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria,
sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja
pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya.
Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
2.3 Ciri – ciri Masa Puber
Pada
masa puber ini merupakan periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan
perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang
kehidupan ( Hurlock,1980 ). Ciri-ciri ini dapat kita temui, antara lain :
1. Masa puber adalah periode tumpang tindih
Masa puber harus dianggap sebagai periode tumpang
tindih karena mencakup tahun-tahun akhir masa anak-anak dan tahun-tahun awal
masa remaja. Sampai anak matang secara seksual, dikenal sebagai anak puber.
Setelah matang secara seksual anak dikenal sebagai remaja atau remaja muda.
2. Masa puber adalah periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi
di dalam mapun di luar tubuh, masa puber relative merupakan periode yang
singkat, sekitar dua sampai empat tahun. Anak yang mengalami masa puber selama
dua tahun atau kurang dianggap sebagai anak yang cepat matang, sedangkan yang
memerlukan tiga sampai empat tahun dianggap sebagai anak yang lambat matang.
Anak perempuan cenderung lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
3. Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan
yang pesat
Masa puber atau pubertas adalah salah satu dari dua
periode dalam rentang kehidupan yang ditandai oleh pertumbuhan yang pesat dan
perubahan yang mencolok dalam proporsi tubuh. Perubahan-perubahan pesat yang
terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak
aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku kurang baik. Tumbuh pesat
ini berlangsung satu atau dua tahun sebelum anak matang secara seksual dan
berlangsung terus selama enam bulan sampai setahun kemudian.
4. Masa puber merupakan fase negative
Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung
singkat, negative berarti individu mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau
kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang.
Sikap dan perilaku negative merupakan ciri dari bagian awal masa puber dan yang
terburuk dari fase negatif akan berakhir bila individu menjadi matang secara
seksual.
2.4 Perubahan-perubahan pada Masa
Pubertas
2.4.1 Perubahan Seksual
Kematangan
seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri
seks skunder. Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan
tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan
terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan tesebut.
1.
Ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri
seks primer pada dasarnya langsung berhubungan dengan proses reproduksi.
Ciri-ciri seks primer antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Bagi anak
laki-laki, ciri-ciri seks primer yang sangat penting ditunjukkan dengan
pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan
(scrotum), yang mulai terjadi pada usia 12 tahun dan berlangsung sekitar 5
tahun untuk penis dan 7 tahun untuk scrotum (Selfert & Hoffnung, 1994).
Oleh
karena itu kadang – kadang pada usia 12 tahun anak laki-laki kemungkinan
mengalami penyemburan air mani pertama yang dikenal dengan mimpi basah.
Sementara
itu, pada anak perempuan perubahan seksual, ciri-ciri primernya ditandai dengan
munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi
yang pertama dialami oleh seorang gadis. Terjadinya menstruasi pertama
menunjukkan kematangan, sehingga memungkinan mereka untuk mengandung dan melahirkan.
Oleh
sebab itu, menstruasi pertama pada anak perempuan didahului oleh sejumlah
perubahan lain yang meliputi pembesaran payudara, kemunculan rambut di daerah
kelamin dan pembesaran pinggul dan bahu.
2.
Ciri-ciri seks sekunder
Ciri-ciri
seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan
dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda yang membedakan
laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai konsekuensi
dari berfungsinya hormon. Di antaranya tanda-tanda jasmaniah laki-laki adalah
tumbuhnya jakun, bahu, dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di
dada, di kaki, di lengan, dan di sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat.
Sedangkan
pada perempuan terlihat pada payudara dan pinggul yang membesar, suara menjadi
halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan.
2.4.2 Perubahan Fisik
Pada
masa pubertas ini terjadi perubahan-perubahan fisik secara dramatis atau apa
yang disebut dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), di mana terjadi
perubahan dan percepatan pertumbuhan di seluruh bagian dan dimensi fisik
(Sigler & Stevenson, 1993), baik bertambah berat dan tinggi badan,
perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual
(Papalia, Old & Feldom, 2008).
Secara
umum, perubahan-perubahan fisik dalam masa pubertas disebabkan oleh matangnya
kelenjar pituitari (pituitari gland), yakni kelenjar endoktrin yang berhubungan
dengan otak. Percepatan pertumbuhan yang terjadi selama masa puber ini hanya
berlangsung sekitar 2 tahun, dan setelah masa tersebut berakhir anak itu
mencapai kematangan seksual. Pada dasarnya perempuan mengalami percepatan
pertumbuhan fisik lebih awal 2 tahun dibanding dengan laki-laki.
Ciri-ciri
pertumbuhan fisik perempuan pada masa puber antara lain ; badan anak perempuan
mempunyai bentuk yang khas wanita, seperti berpinggul besar, berpayudara.
Sedangkan pada anak laki-laki memiliki ciri-ciri bertambah lebarnya bahu.
Seiring
dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa
pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang
sebelumnya terlalu kecil, pada masa pubertas ini menjadi besar. Hal ini
terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak
proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan anak
merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah
serasi dengan tangan dan kakinya.
Perubahan-perubahan
dalam proporsi tubuh selama masa pubertas, juga terlihat pada perubahan ciri-ciri
wajah, di mana wajah anak-anak mulai menghilang. Seperti dahi yang semula
sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut lebar dan bibir menjadi lebih penuh.
Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan
pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak
dalam tubuh. Perkembangan otot laki-laki itu lebih cepat dari pada perempuan,
sehingga anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
2.4.3 Perkembangan Motorik
Pada
masa pubertas perkembangan motorik anak lebih sempurna dan terkoordinasi dengan
baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Anak terlihat
sudah mampu mengontrol dan mengkoordinasi gerakan anggota tubuhnya seperti
tangan dan kaki dengan baik. Mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk
memperhalus ketrampilan-ketrampilan motorik anak harus terus melakukan berbagai
aktifitas fisik, misalnya olahraga. Bersaing dan meningkatkan harga diri.
2.5 Akibat-akibat Perubahan Fisik
Masa Puber
Perubahan
fisik pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun
internal. Meskipun akibatnya biasanya terjadi sementara, namun cukup
menimbulkan perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian. Namun
demikian ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku
yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial
daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh (
Hrlock, 1980 ). Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima anak puber
dari orang tua, kakak adik, guru-guru dan teman-teman dan semakin besar harapan
sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari
perubahan-perubahan fisik. Perubahan masa puber terhadap sikap dan perilaku
yang paling umum, paling serius dan paling kuat seperti dipaparkan di bawah
ini.
1.
Ingin menyendiri
Kalau perubahan
masa puber mulai terjadi anak-anak biasanya menarik diri dari teman-temannya
dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar dengan teman-teman
dan anggota keluarga. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan
berkomunikasi dengan orang-orang lain.
2.
Bosan
Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya
amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan social dan kehidupan pada umumnya.
Akibatnya, anak sedikit sekali bekerja sehingga prestasi diberbagai bidang
cenderung menurun.
3.
Inkoordinasi
Pertumbuhan
pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan dan anak akan
merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat,
koordinasi akan membaik secara bertahap.
4.
Antagonisme sosial
Anak puber
seringkali tidak mau bekerjasama, sering membantah dan menentang. Permusuhan
terbuka antara dua jenis kelamin berlainan diungkapakan dalam kritik dan
komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, anak
kemudian menjadi ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang
lain.
5.
Emosi yang meninggi
Kemurungan,
merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang
sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini anak
merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marah dan suasana hati
yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan
semakin matangnya keadaan fisik, ketegangan mulai berkurang dan anak sudah mulai
mampu mengendalikan emosinya.
6.
Hilangnya kepercayaan diri
Anak-anak yang
tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri
dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang
bertubi-tubi dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan
perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.
7.
Terlalu sederhana
Perubahan tubuh
yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak menjadi sangat sederhana dalam
segala penampilannya karena takut orang lain akan memperhatikan perubahan yang
dialaminya dan memberi komentar yang buruk.
Hurlock
(1980) mengungkapkan bahwa pada umunya pengaruh masa puber lebih banyak pada
anak perempuan daripada laki-laki, sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya
lebih cepat matang daripada anak laki-laki dan sebagian Karena banyak
hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru
pada saat anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan.
Karena mencapai masa puber lebih dulu, anak perempuan lebih cepat menunjukkan
tanda-tanda perilaku yang mengganggu daripada anak laki-laki. Tetapi perilaku
anak perempuan lebih cepat stabil daripada anak laki-laki dan anak perempuan
mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan individu itu sangat unik. Hal ini
terbukti dengan adanya ciri-ciri yang dialami oleh individu pada tahapannya.
Perbedaan sikap dan tingkah laku yang terjadi dan dialami oleh individu pada
masa puber ini. Tugas perkembangan yang berbeda pula serta permasalahan yang
ditimbulkan juga berlainan.
Pubertas berasal dari bahasa latin “pubescere”,
artinya mendapat rambut kemaluan, yakni masa awal terjadinya pematangan
seksual, sehingga dapat disimpulkan bahwa pubertas (puberty) ialah suatu
periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat.
Masa puber merupakan
suatu peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 10/12
tahun sampai dengan 16/18 tahun. Pada anak perempuan, biasanya akan mengalami
pubertas yang lebih dahulu dibandingkan dengan anak laki-laki, yakni pada saat
anak berusia 10 tahun sampai 16 tahun.
Ciri-ciri pubertas antara lain ; masa puber adalah periode tumpang tindih, periode
yang singkat, masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, dan merupakan tahapan
yang negatif pula. Disertai dengan perubahan seksualitas, perubahan dan
pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan sebagainya.
Pada masa puber ini,
individu menimbulkan sikap dan tingkah laku, yaitu ; adanya keinginan untuk
menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonisme sosial, emosi meninggi, hilangnya
kepercayaan diri, serta terlalu sederhana.
3.2 Saran dan Kritik
Di dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling
seorang konselor perlu memperhatikan :
- Perkembangan invidu yang terjadi, terutama pada masa puber.
- Penanganan masalah yang dilakukan oleh konselor kepada konseli disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
- Permasalahan yang sering muncul merupakan permasalahan yang nyata dan terbukti di dalam kehidupan, sehingga pelayanan yang diberikan harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan tepat dengan sasaran.
Semoga makalah yang kami susun ini dan bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik kami
tunggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Mappiare, Drs. Andi. Psikologi Remaja. 1982. USAHA
NASIONAL:Surabaya.
Taniputera, Ivan. Psikologi Kepribadian.
2005. AR-RUZZ:Jogjakarta.
Dra. Desmita.
M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. 2009.
PT. REMAJA
ROSDAKARYA:Bandung
Afifah, Dian Ratnaningtyas, M.Psi dan
Hery Bagus Anggoro, S.Pd. Diktat Kuliah
Perkembangan Individu I.
http://www.iblogronnp.com/2009/07/how-can-i-cope-with-stress-at-school.html
0 komentar:
Posting Komentar