BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar di
sekolah harus selalu berjalan dengan baik, hal ini harus selalu diusahakan oleh
seluruh warga sekolah, terutama guru dan siswa. Untuk mewujudkan cita-cita
siswa yang ada, harus diadakan proses pembelajaran yang dapat diterima dan
dipahami oleh siswa. Pembelajaran ini dapat tercipta dengan baik jika guru
selalu siap dengan materi pembelajaran yang akan diberikan dan juga tidak
terlepas dari minat dan keinginan siswa itu sendiri. Selain itu siswa juga
harus selalu merasa bahwa kondisinya aman, nyaman, dan menyenangkan pada setiap
proses belajar berlangsung.
Jika kita amati, siswa
yang rajin belajar adalah siswa yang tidak bermasalah, sehingga jika siswa
tersebut mendapatkan suatu masalah maka dapat dipastikan akan mengurangi minat
dan kemauan dalam belajar. Hal ini merupakan salah satu tugas dari guru
pembimbing/ konselor sekolah dalam melaksanakan profesinya. Tugas itu adalah
membantu siswa dalam memahami masalah yang diderita dengan memberikan pelayanan
yang terbaik pada setiap proses bimbingan dan konseling berlangsung.
Salah satu yang menyebabkan siswa
merasa kurang nyaman dengan dirinya sendiri bisa dikarenakan oleh datangnya
gangguan kecemasan diri. Gangguan ini adalah fobia. Fobia merupakan gangguan
kecemasan yang ditimbulkan karena adanya perasaan khawatir ataupun ketakutan
kepada suatu hal tertentu yang objeknya masih samar-samar.
1.2 Tujuan
Setelah mempelajari salah satu gangguan kecemasan,
yakni fobia semoga kita sebagai calon konselor diharapkan :
a. Mempunyai
pemahaman dan wawasan tentang pengertian dari fobia.
b. Memahami
penyebab-penyebab yang mengakibatkan terjadinya fobia.
c. Dapat
mengetahui ciri-ciri dan gejala-gejala dari fobia.
d. Memiliki
langkah untuk membantu individu dalam memberikan pelayanan selama proses
bimbingan dan konseling.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fobia
Fobia merupakan
salah satu jenis gangguan kecemasan yang perlu kita pahami dan waspadai.
Gangguan ini bisa membuat seseorang benar-benar takut terhadap suatu hal
tertentu. Sehingga dapat menjadikan seseorang dalam situasi dan kondisi yang
was-was dan merasa kurang nyaman, bahkan bisa menyebabkan terjadinya stress
jika gangguan ini terus berlanjut. Fobia adalah suatu kekhawatiran yang
berlebihan dengan objek atau suatu masalah yang dihadapi itu masih samar-samar.
Fobia adalah kekuatan yang irasional
yang menimbulkan upaya menghindar secara (sadar) dari obyek, aktivitas atau
situasi yang ditakuti, menurut Kaplan dan Sadock (1994). Keberadaan dan antisipasi terhadap hal yang
ditakuti ini menimbulkan stress pada individu karena dianggap sebagai hal yang
berlebihan. Selain adanya reaksi fobia juga mengganggu kemampuan individu
tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan.
2.2
Jenis-jenis Fobia
Menurut DSM IV, fobia dapat
digolongkan dalam 2 jenis yaitu :
1. Fobia
Spesifik
Fobia
spesifik berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
Beberapa
contoh fobia spesifik adalah :
1. Akrofobia,
takut berada di ketinggian
2. Agorafobia,
takut berada di tempat terbuka
3. Klaustrofobia,
takut berada di tempat umum
4. Hematofobia,
takut berada sendirian di suatu tempat
5. Niktofobia,
takut pada kegelapan
6. Pirofobia,
takt melihat api
7. Zoofobia,
takut pada binatang
2. Fobia
Sosial
Merupakan ketakutan yang tidak
rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.
Individu menghindari situasi dimana dirinya mungkin dievaluasi atau dikritik
yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan. Bisa dikatakan akibat dari
jalinan hubungan sosial yang dianggap menyudutkan dirinya.
2.3 Penyebab Terjadinya Fobia
Pada umumnya, fobia timbul akibat
proses belajar yang tidak semestinya ( faulty learning ), sebagaimana dapat
terwujud dalam beberapa situasi sebagai berikut :
1.
Pernah mengalami trauma psikologis dalam
situasi tertentu dikaitkan dengan rasa takut yang dialami pada saat terjadi
trauma. Misalnya, seorang siswa menjadi takut pada ketinggian karena pernah jatuh
dari pohon mangga ketika mau memetiknya.
2.
Sebagai kiat untuk mengalihkan
kecemasan. Misalnya, seorang buruh bangunan yang merasa takut tidak dapat
pekerjaan tiba-tiba mencari hutangan.
3.
Modelling, ketakutan dapat dipelajari
dengan cara mengobservasi dan meniru reaksi dari orang lain. Bahkan fobia juga
dapat dipelajari melalui instruksi verbal atau deskripsi dan orang lain.
2.4 Ciri – ciri Fobia
Ciri ciri psikis
seseorang yang memiliki fobia biasanya muncul rasa cemas atau panik, tetapi
tanpa dasar yang jelas. Sedangkan pada ciri ciri fisik gemetar, jantung
berdebar debar, terkadang disertai nafas yang tersengal sengal.
2.5 Penanganan Fobia
Pertama kali
yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu penyebab fobia. Pada
kasus-kasus tertentu bisa jadi sumber masalah tidak dikenali, hal tersebut
disebabkan tidak ingin mengingatnya kembali karena peristiwanya sangat
traumatik ataupun sudah lama terjadi.
1.
Menurut Davinson dan Neale (2001), fobia
dapat disembuhkan dengan menggunakan beberapa teknik, salah satunya dengan pembiasaan
(desensitisasi sistematis), yaitu :
a. Imagery
Individu
yang mengalami fobia membayangkan suatu kejadian (stimulus fobia) yang semakin
lama semakin menakutkan, sementara individu tersebut berada dalam keadaan
tenang (ada proses relaksasi).
b.
Flooding
Individu
dihadapkan secara langsung pada sumber fobianya dengan intensitas penuh. Namun
cara ini sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir karena menimbulkan
ketidaknyamanan yang besar.
c. Modelling
Melalui
modeling individu menyaksikan orang lain berinteraksi dengan sesuatu yang menjadi obyek fobia tanpa rasa takut.
2.
Cara lain adalah dengan menimbulkan
emosi lain/ motif lain yang lebih kuat seperti motivasi uang pada “Fear
Factor”. Atau saat dipuncak ketakutan naik Roaler Coaster. Walaupun perubahan
dapat berlangsung cepat, namun hal ini perlu keberanian yang tinggi.
3.
Atau dengan cara melakukan self
hipnosis. Dalam keadaan relaks, diri menyediakan diri untuk melepaskan emosi
negatif yang terkunci (katarsis). Namun hal ini memerlukan ketrampilan
melakukan self hipnosis terlebih dahulu.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Akrofobia (Fobia Ketinggian)
- Peristiwa
Joni
namanya, takut pada ketinggian karena pernah jatuh dari pohon. Hingga 15 tahun
Joni masih tetap takut pada ketinggian sehingga untuk memanjat pohon mangga
saja Joni tidak berani apalagi naik tangga Joni juga takut
- Penyebab
Pernah
jatuh dari pohon sewaktu kecil hingga kakinya patah
- Cara Penanganan
Memaksa
joni memanjat tangga untuk suatu hal penting. Misal : mengantar kunci pas
ketika ayahnya memperbaiki antenna parabola. Setelah dipaksa dan berani maka
membiasakan diri untuk naik tangga atau memanjat pohon yang rendah dulu baru
kelama-lamaan yang tinggi. Melawan rasa takut.
3.2 Fobia Kecelakaan
- Peristiwa
Zia
namanya, umur 7 tahun. Selama 1 tahun tidak mau diajak keluar rumah yang
mengharuskan Zia naik motor atau naik mobil dan melewati jalan umum. Zia akan
duduk jongkok sambil menutup telinga dengan wajah pucat apabila mendengar suara
“bruk” motor yang jatuh akibat kecelakaan. Apalagi kalau melihat darah, meski
sedikit akan langsung pucat wajahnya.
- Penyebab
Pernah
secara langsung melihat kecelakaan dimana pengendara itu berlumuran darah
dengan kondisi kepalanya pecah dan tewas seketika.
- Cara Penanganan
Menyuruh
anak membayangkan kejadian itu dengan cara yang halus kemudian menjelaskan
bahwa kecelakaan itu tidak seperti itu. Mengajak anak keluar rumah dengan jarak
yang dekat dulu baru agak jauh dengan jalan kaki dulu. Sering mengajak anak
naik motor untuk jarak yang jauh. Mengajak anak sesekali melihat kecelakaan. Memberi
pengetahuan bahwa darah itu bukan hal yang meakutkan, missal mengajak anak
melihat proses donor darah.
3.3 Fobia Sosial
- Peristiwa
Kasus
fobia di sekolah dialami oleh Dita umur 5 tahun. Dita baru masuk sekolah TK
selama 4 bulan, tiba-tiba Dita tidak mau sekolah. Meskipun sudah dibujuk, tapi
tetap tidak mau sekolah, Dita menangis, Dita benar-benar tidak mau ke sekolah,
buku-buku dan tasnya dibuang. Dita tidak mau lagi diajak ke sekolah. Bahkan
Dita bilang tidak akan sekolah lagi.
- Penyebab Fobia
a. Separation
Anxiety
Ini
merupakan kecemasan yang dialami anak. Anak pergi kesekolah berarti anak keluar
dari rumah untuk jangka waktu yang lama. Mereka tidak hanya akan rindu orang
tua, rindu mainan, rindu rumah, tetapi mereka cemas menghadapi tantangan
pengalaman baru dan tekanan-tekanan di luar rumah.
b. Ada
pengalaman negative di sekolah
Mungkin
anak mendadak ke sekolah karena takut pernah diganggu temannya seperti dipukul,
diejek sehingga ini membuat anak benar-benar takut dan tidak mau ke sekolah.
Dan mungkin anak memiliki pengalamn buruk dengan gurunya di sekolah karena ada
tipe guru yang galak menurut anak dan kurang mengerti anak.
c. Anggapan
anak bahwa sekolah adlah penjara
Anak
merasa ketika di sekolah anak seperti dalam penjara yang harus menurut/patuh
pada peraturan padahal anak ingin bebas.
d. Sekolah
kurang menyadari bahwa anak TK memiliki dunia bermain sehingga guru member PR
yang berat bagi anak. Misal : menghafal kosakata bahasa inggris
e. Masalah
dalam keluarga
Misal
: anak pernah mendengar orang tua bertengkar bahkan melihat pertengkaran itu
sehingga menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar.
- Cara penanganan :
a. Tetap
menekankan pentingnya bersekolah. Para ahli psikologosi mengatakan, terapi yang
baik adalah mengharuskan tetap bersekolah.
b. Tetap
tegas mengharuskan anak sekolah meskipun anak merengek tidak mau sekolah.
c. Bekerja
sama dengan guru kelas.
- Meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak tentang masalah sekolah.
- Melepaskan anak secara bertahap.
- Jika anak tidak mau ke sekolah karena alasan sakit bawa ke dokter untuk memastikan apakah anak benar-benar sakit.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu yang menyebabkan siswa merasa kurang
nyaman dengan dirinya sendiri bisa dikarenakan oleh datangnya gangguan
kecemasan diri. Gangguan ini adalah fobia. Fobia merupakan gangguan kecemasan
yang ditimbulkan karena adanya perasaan khawatir ataupun ketakutan kepada suatu
hal tertentu yang objeknya masih samar-samar.
Fobia adalah kekuatan yang irasional yang
menimbulkan upaya menghindar secara (sadar) dari obyek, aktivitas atau situasi
yang ditakuti, menurut Kaplan dan Sadock (1994). Keberadaan dan antisipasi terhadap hal yang
ditakuti ini menimbulkan stress pada individu karena dianggap sebagai hal yang
berlebihan. Selain adanya reaksi fobia juga mengganggu kemampuan individu
tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan.
4.2 Saran
Di dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling
seorang konselor, ketika membantu memberikan penanganan tentang fobia, yang perlu
diperhatikan antara lain :
- Pertama kali yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu penyebab fobia. Pada kasus-kasus tertentu bisa jadi sumber masalah tidak dikenali, hal tersebut disebabkan tidak ingin mengingatnya kembali karena peristiwanya sangat traumatik ataupun sudah lama terjadi.
- Fobia dapat disembuhkan dengan menggunakan beberapa teknik, salah satunya dengan pembiasaan (desensitisasi sistematis).
- Cara lain adalah dengan menimbulkan emosi lain/ motif lain yang lebih kuat seperti motivasi uang pada “Fear Factor”. Atau saat dipuncak ketakutan naik Roaler Coaster.
Semoga makalah yang kami susun ini dan bermanfaat bagi
penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mappiare, Drs. Andi. Psikologi Remaja. 1982. USAHA
NASIONAL:Surabaya.
Taniputera, Ivan. Psikologi Kepribadian.
2005. AR-RUZZ:Jogjakarta.
Asri, Dahlia Novarianing, S.Psi., M.Si. Diktat Kuliah Psikologi Abnormal. 2010.
http://www.iblogronnp.com/2009/07/how-can-i-cope-with-stress-at-school.html.
0 komentar:
Posting Komentar